Rabu, 24 Agustus 2011

Ulang Tahun "Tradisi Penyembah Berhala"

Apa yang terbayang dipikiran Anda saat ada yang mengucap kata “ulang tahun” ? Hampir pasti, disana ada kue bundar, lilin menyala di atas atau dipinggirnya, lalu orang yang meerayakan ulang tahun meniup lilin meniup lilin itu, dan teman-teman bertepuk tangan seraya menyanyikan lagu ”Happy Birthday” atau ”Selamat Ulang Tahun”. Dari mana tradisi ini bermula? Mengapa bergitu mengakar hingga para anak dan remaja Islam ilut-ikutan merayakannya? Entah siapa pencetusnya, kapan dimulai dan awal mulanya, ”sanad”nya tidak jelas, ”matan”nya pun simpang siur. Tapi literatur yang paling populer menghubungkan tradisi ulang tahun dengan kaum pagan (penyembah berhala) dizaman Yunani Kuno.

Konon, mereka dahulu mempersembahkan kue mereka ke artemis, yang diyakini sebagai Dewi Bulan. Karenanya, kue dinuat bundar seperti penampakan bulan purnama. Sedangkan lilin-llin diletakkan diatasnya untuk membuat kue tersebut terlihat terang menyala seperti bulan. ”Tafsiran lain menyebutkan bahwa lilin-lilin itu melambangkan bintang-bintang yang mengitari bulan. Ada juga menyebutkan bahaea itu adalah simbol terangnya kehidupan. Segudang mitos juga menyertai perayaan ulang tahun. Asap dari lilin yang konon akan membawa pengharapan mereka ke surga. Cara meniup semua lilin dalam satu napas yang jika bisa padam semua, konon menjadi pertanda keinginannya akan terkabul, dan orang tersebut diyakini akan memperoleh nasib yang baik ditahun mendatang.

Ada juga mitos, bahwa memakan cake roti yang dibentuk kata-kata yang ada diatas kue ultah, maka akan menjadi kenyatan. Maka biasanya ada tulisan ”Happy Birthday” diatas kue yang kemudian menjadi rebutan karena diyakini akan membawa keberuntungan.
Sejarah asal usul maupun penafsiran diatas bisa saja salah, tapi tidak mungkin ritual ulang tahun yang dirayakan secara turun temurun itu hanya sekedar kebetulan atau iseng semata, tanpa ada pesan-pesan simbolik.

Yang pasti, asal-usul bukan dari Islam, ritualnya bukan ciri khas Islam, bahkan bisa hampir dipastikan itu merupakan tradisi musyrikin penyembah berhala . jikalau ada yang memodifikasi ulang tahunnyadenga menyisipkan pesan atau simbol Islam seperti diawali dengan dzikir, sebelum meniup lilin, berdo’a atau bahkan kata-kata arab, maka lantas tidak merubah statusnya menjadi tradisi yang Islami. Karena Islam telah memiliki cara sendiri dalam berdo’a, bersyukur maupun beribadah. Mengikuti cara dan tradisi yang menjadi ciri khas suatu kaum diingatkan oleh Nabi, ” Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka mereka termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud)

Maka menyerupai ciri khas penyembah berhala akan digolongkan penyembah berhala, wal’iyadzu billah. (Abu Umar Abdillah)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More